Sabtu, Oktober 23, 2010

Mengatur dan Membelanjakan Harta (3/3)

Jangan Lupa Menyisihkan Sebagian Harta untuk Sedekah
Allah Ta'ala berfirman, وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ “Dan apa saja yang kamu nafkahkan (sedekahkan), maka Allah akan menggantinya, dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Qs. Saba': 39). Makna firman-Nya “Allah akan menggantinya” yaitu dengan keberkahan harta di dunia dan pahala yang besar di akhirat (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/713). Dan dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya.” (HR. Muslim, no. 2588). Arti “tidak berkurangnya harta dengan sedekah” adalah dengan tambahan keberkahan yang Allah Ta'ala jadikan pada harta dan terhindarnya harta dari hal-hal yang akan merusaknya di dunia, juga dengan didapatkannya pahala dan tambahan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah Ta'ala di akhirat kelak, meskipun harta tersebut berkurang secara kasat mata.” (Lihat kitab Syarhu Shahihi Muslim, 16/141 dan Faidhul Qadir, 5/503). Maka, keutamaan besar ini jangan sampai diabaikan oleh keluarga muslim ketika mereka mengatur pembelanjaan harta, dengan cara menyisihkan sebagian dari rezeki yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka, untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Harta yang disisihkan untuk sedekah tidak mesti besar, meskipun kecil tapi jika dilakukan dengan ikhlas untuk mengharapkan wajah-Nya, maka akan bernilai besar di sisi Allah Ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Takutlah kalian (selamatkanlah diri kalian) dari api nereka, walaupun dengan (bersedekah dengan) separuh buah kurma” (HR. al-Bukhari, no. 1351 dan Muslim, no. 1016). Dalam hadits lain beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik (meskipun) kecil, walaupun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim, no. 2626). Dan lebih utama lagi jika sedekah tersebut dijadikan anggaran tetap dan amalan rutin, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta'ala adalah amal yang paling kontinu dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. al-Bukhari, no. 6099 dan Muslim, no. 783). Nasihat dan Penutup Kemudian yang menentukan cukup atau tidaknya anggaran belanja keluarga bukanlah dari banyaknya jumlah anggaran harta yang disediakan, karena berapapun banyaknya harta yang disediakan untuk pengeluaran, nafsu manusia tidak akan pernah puas dan selalu memuntut lebih. Oleh karena itu, yang menentukan dalam hal ini adalah justru sifat qana'ah (merasa cukup dan puas dengan rezeki yang Allah Ta'ala berikan) yang akan melahirkan rasa ridha dan selalu merasa cukup dalam diri manusia, dan inilah kekayaan yang sebenarnya. Sebagaimana sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya kemewahan dunia (harta), akan tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)” (HR. al-Bukhari, no. 6081 dan Muslim, no. 120). Sifat qana'ah ini adalah salah satu ciri yang menunjukkan kesempurnaan iman seseorang, karena sifat ini menunjukkan keridhaan orang yang memilikinya terhadap segala ketentuan dan takdir Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Akan merasakan kemanisan (kesempurnaan) iman, orang yang ridha kepada Allah Ta'ala sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya, serta (nabi) Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai rasulnya.” (HR. Muslim, no. 34). Arti “ridha kepada Allah sebagai Rabb” adalah ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 81). Lebih daripada itu, orang yang memiliki sifat qana'ah dialah yang akan meraih kebaikan dan kemuliaan dalam hidupnya di dunia dan di akhirat nanti, meskipun harta yang dimilikinya tidak banyak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta'ala berikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054). Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia menganugerahkan kepada kita sifat qana'ah dan semua sifat-sifat baik yang diridhai-Nya, serta memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dengan baik dan benar, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 27 Jumadal ula 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthani, M.A (Mahasiswa S3 Universitas Islam Madinah)
Artikel: www.PengusahaMuslim.com

Tidak ada komentar: