Dari kecil aku nggak pernah terfikir akhirnya terdampar di Afrika. Douala, Kamerun tepatnya. Kotanya cukup ribet dan semrawut, lampu merah jarang ditemui, kalopun ada yah bablas wae... Aku gak ngerti kenapa kok bisa begitu, polisi ada tapi yah seolah-olah gak ada action. Kesan pertama sampai di Douala, bandaranya mirip terminal Pulogadung, kalo kita gak pegang koper kuat-kuat, bisa-bisa dibawa lari sama orang dan tentusaja kita harus bayar mahal utk itu.
Douala adalah salah satu kota bisnis terbesar di Kamerun, dekat dengan pelabuhan dan ladang minyak, yg sebagian besar dikuasai orang Eropa, Perancis tentunya sbg mantan penjajah Kamerun. Tapi aku bersyukur, Kamerun cukup kondusif untuk kerja, belum pernah kutemui ada konflik or civil war disini, berbeda dengan negara-negara lain di Afrika, e.g. Chad, Nigeria, Congo etc. Kalo nggak perang ya wabah kolera dan segala macamnya.
Waktu visit pertama di Douala di bulan Agustus-September, aku sangat menikmatinya, mungkin karena hanya 15 hari saja, kucoba untuk nggak mengeluh, just having fun pokoke. Tp setelah visit yg kedua, mulai kusadari kesendirianku, tanpa istri dan anak2 rasanya hidup ini sunyi dan sepi. Tapi yah mo gimana lagi, life must go on...
Cuaca di Douala hampir tiap hari mendung, meskipun jarang sekali hujan. Pepatah "mendung tak berarti hujan" memang benar adanya di Douala ini. Jarang kami lihat sinar matahari, tapi karena sering tertutup awan, so pasti udaranya sangat panas. Mau gak mau AC harus hidup kalo lg di apartemen.
Aku tinggal berdua dengan kawan di Apartemen Deuni, Kotto Vallee, Douala. Lumayan mahal untuk ukuran apartemen disini, sebulan lebih dr 12jt rupiah dan mau gak mau harus bayar utk 12 bulan kedepan, belum termasuk pajak bulanan... Walah.. msh untung yang bayar kantor, jadi gak bengkak budget bulananku.
Untuk visit kedua ini, aku akan tinggal selama 3 bulan, dari November akhir sampe Februari akhir. Rasanya nggak sabar ingin segera pulang, tapi masih banyak kerjaan yg harus diselesaikan. Crossing-plan sudah kami siapkan sejak di Indonesia, sehingga tinggal ambil pollen dan penyerbukan saja. Mudah2an bisa selesai lebih cepat.
Makan, itu yg agak susah disini. Kita punya pembantu tapi juga gak pandai masak, harus diajari dulu. Utk sementara, bumbu-bumbu instan yg kami bawa dr Indonesia dipakai utk masak, MSG banyak gakpapalah utk sementara, yg penting bisa makan rasa Indonesia.
However, nikmati sajalah hidup ini... Mungkin mmg harus begini jalannya. Berharap yg terbaik tuk semua....
Cheers...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar